Pages

Friday, October 12, 2012

Jangan Salahkan Pakaianku. Salahkan Saja Selangkanganmu.



Kamu mau aku menunduk dan melihat seperti apa pakaianku hari ini? Baik, aku akan menunduk. Sedikit saja, sampai kamu puas.

Pakaianku adalah selembar kain yang semula terlipat di dalam lemari, lalu kuuntal-untal dengan kain lainnya saat mataku masih menutup separuh menahan eyeliner yang belum kering. Pakaianku adalah selembar kain yang akan kukenakan untuk membalut sebagian tubuhku dan tidak menyisakan apa-apa untuk imajinasimu. Pakaianku adalah selembar kain yang akan kulempar dari jendela jika tubuhku sudah terlalu sesak saat memakainya. Pakaianku adalah pakaianku, bukan otak kotormu.

Kamu minta aku menunduk? Mari, lihat aku. Lihat kaki-kaki yang membuat selangkanganmu terasa gatal dan berkeringat. Lihat kaki-kaki yang--dalam bayanganmu--akan menggaruk-garuk bokongmu di pagi hari. Bukan pilihanku jika kakiku ada di pikiranmu. Bukan pilihanku jika kamu menyalahkan pakaianku untuk mimpi-mimpi liarmu.

Kakiku adalah sepasang galah yang akan membantuku berdiri, bukan di duniamu, tapi di duniaku sendiri. Kakiku adalah sepasang rakit yang akan menghantar anak-anakku dari hulu ke tepian hidup. Kakiku adalah sepasang rumah tempat mimpiku dilipat sepi saat dijejal peluh. Kakiku bukan matras tempatmu meringkuk sambil menggaruk selangkangan dan penismu yang mulai tegak. Kakiku adalah kakiku, bukan sebotol lubrikan yang membuat bokongmu licin.

Mari, biar kubagi otakmu dalam beberapa iris.



Jakarta, Oktober 2012.

No comments:

Post a Comment