Oke, kali ini gw akan cerita soal gangguan bipolar yg gw punya.
Tarik napas panjang... Keluarkan...
Oke, gw siap.
(Gw rasa) gw punya bipolar.
Kenapa gw rasa? Karena keterangan ini hanya berdasarkan keterangan dari seorang psikiater yang gw datengin waktu gw kelas 3 SMP. Dia gak secara gamblang menyatakan kalo gw punya bipolar. Dia cuma bilang "cenderung". Tapi gw rasa gw bener-bener punya. Salahnya, gw nggak ikut saran si psikiater buat balik lagi konsultasi ke dia. Bokap gw nggak pernah ngebahas soal itu lagi setelah kunjungan pertama.
Awalnya gw datang ke psikiater yaitu waktu gw merasakan sakit di jantung gw tiap kali gw marah atau drop (nah ada kaitannya kan, ama postingan gw yang kemaren-kemaren?). Awalnya gw pikir cuma psikosomatis (info lebih jauh soal psikosomatis, klik di
sini), karena gw ngerasain sakit cuma kalo lagi capek, marah, atau mentally drop. Ternyata, pas cek ke klinik, dokternya nyaranin buat pergi ke psikiater. Diduga, sakitnya gw ini diakibatkan karena gangguan secara psikologis.
Nah loh...
Akhirnya, datanglah gw ke psikiater. Gw curhat se-curhat-curhatnya ama psikiater yang ternyata om-nya temen sekolah gw. Dia bilang, gw ada kecenderungan bipolar. Dia baru bilang "cenderung", karena dia minta gw buat konsul lagi beberapa minggu dari situ.
Tapi sampe sekarang gw nggak pernah kesitu lagi. Bokap gw nggak percaya kalo gw "sakit". Walaupun yang bilang gitu ialah seorang psikiater.
Jadi, apakah bipolar itu?
Menurut
website ini,
bipolar disorder atau
manic-depressive disorder adalah suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan periode manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. begitu meningkatnya hingga melampaui batas normal suasana hati yang baik. Fase peningkatan ini disebut
mania. Gejalanya mungkin mencakup berpikir dengan sangat cepat. Cerewet, dan penurunan kebutuhan untuk tidur. Bahkan, si penderita dapat terjaga selama berhari-hari tanpa tidur, tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kehabisan energi. Gejala lain dari gangguan bipolar adalah perilaku yang sangat impulsif tanpa memikirkan konsekwensi.
Ya, gw pernah selama beberapa minggu tidur di atas jam 3 pagi. Fase itu pernah hilang, lalu mulai lagi beberapa minggu ini. Tapi hal paling menonjol yang gw rasain, orang-orang bipolar itu punya
mood swing. Yes, mood gw suka maen ayun-ayunan. Nggak stabil. Semenit gw bisa ketawa-ketawa, semenit kemudian gw bisa nyekek orang. Tapi gw sendiri nggak tau apa yang bikin gw kayak gitu.
It's just like, "Aduh, laptop gw kena kentut. Ngambek dulu ah."
Yes, seriously.
Awalnya hal ini gw rahasiain dari semua orang selama bertahun-tahun. Tapi tahun ini gw dengan Pe-Denya mem-publish "Yes, (i guess) i have a bipolar."
Bahkan keluarga gw pun nggak pernah tau. Karena menurut gw, merekalah pemicunya.
Gw hidup di keluarga dimana bokap gw adalah
decision-maker dari semua hal. Not only a decision-maker, he's also the greatest judge of us. Ya, kita emang harus selalu dengerin orang tua, tapi bukan berarti pendapat anak diabaikan kan? Di keluarga gw, itu hal lain. Entah kenapa, gw nggak bisa ngeluarin pendapat di rumah. It seems like, we, the kids, are always wrong. At least, in the lowest position.
Hal ini kemudian bikin gw jadi orang yang tertutup di rumah. Tapi setelah gw tau ada dunia luar, gw bisa jadi diri gw sendiri. It's as if, gw jadi pendiem di rumah, tapi nggak bisa diem di luar rumah. I love my school more than i love my home. Setidaknya, di sekolah atau di kampus banyak orang yang mau dengerin pendapat gw.
Hal ini juga yang memicu gw buat jadi seorang english debater. Thank God, sampe level national.
Kalo keluarga gw terbuka, mungkin gw nggak akan jadi national debater. Cukup menghibur. *sigh*
Keterbukaan gw mulai pol (apa ya, bahasanya yg enak?) setelah dua tahun belakangan ini. Thank God for giving me a very honest and nice guy in my side. Cuma dia yang mau dengerin semua cerita gw.
Sekarang, cita-cita gw cuma satu. One day, gw pengen jadi ibu yang baik buat anak-anak gw. Gw pengen mereka bisa bebas cerita apa aja ama gw. Ada apa di sekolah hari ini, gimana temennya yg kemaren kesenggol becak, atau gimana cowok yang suka nungguin dia di gerbang sekolah (sambil nyanyi, "malu aku malu... pada semut merah..."
). Gw nggak mau ada orang lain yang ngalamin hal yang sama kayak yang gw alamin. Everyone has the right to speak, to think, and to be listened.
Referensi:
http://forum.dudung.net/index.php?topic=11869.0
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikosomatisme