Pages

Tuesday, April 10, 2012

My First Visit to Tex Saverio's Dynasty

I was writing an article about Tex Saverio's latest collection that showed at Bazaar Wedding Exhibition last weekend. 
Then I remember about the moment I met this brilliant young man.
It was my 22nd birthday on July 21, 2011.
I met him at his home in north part of Jakarta.
I can't describe what I felt that day, all I think was this is a cool bday gift for me, to meet such a creative person, a very talented young man.

So here's the article I wrote for TabloidBintang.com, right after I have an interview with Tex.
Me, Wayan (reporter of Bintang Indonesia printed version) and Anggie (reporter Bintang Indonesia online version, but I asked him to be our photographer that day), listened carefully to the story of this brilliant guy.


MENGIKUTI kata hati seringkali mampu menjadi cara paling ideal dalam meraih mimpi. Itulah yang diyakini Tex Saverio, desainer muda asal Indonesia yang namanya semakin menanjak.
Meninggalkan bangku sekolah dan banting setir ke dunia fashion, hanya satu dari banyak hal yang dilsayakannya hingga mampu mencapai mimpinya seperti sekarang.tabloidbintang.com beruntung mendapat kesempatan untuk berbincang santai bersama Rio, sapaan akrabnya, di butiknya di kawasan Pluit, Jakarta Utara, Kamis (21/7).Berikut ini penggalan obrolan kami dengan salah satu perancang busana Lady Gaga itu:
Sejak kapan tertarik pada dunia fashion?
Sekitar kelas 3 SD, saya senang baca komik, seperti Doraemon dan Dragon Ball. Bukan cuma baca, tapi saya juga iseng-iseng menggambar karakter-karakternya. Waktu saya baca komik Rose of Versaille yang menceritakan Marie Antoinette, saya perhatikan bajunya bagus-bagus, detail, berkesan extravaganza.
Saya pikir, kok, saya lebih tertarik sama baju-bajunya daripada ceritanya? Akhirnya saya gambar baju-bajunya dan saya ubah jadi versi saya sendiri.
Mungkin dari komik itu akhirnya saya mendapat inspirasi untuk membuat rancangan yang bernuansa klasik dan extravaganza, sampai sekarang.
Sampai kapan akhirnya Rio memutuskan untuk menekuni bidang fashion dengan serius?
Dulu saya sekolah di SMUK 1 Jakarta, yang cukup sulit ditembus karena harus melewati beberapa tes. Beberapa teman saya tidak lolos, tapi saya bisa lolos karena di SMP saya juara kelas terus.
Tapi baru 5-6 bulan masuk sekolah, guru saya tahu kalau saya senang menggambar di kelas. Beliau menegur saya, “Tex, saya kalau jadi kamu, nggak akan mau sekolah di sini. Kenapa kamu enggak sekolah desain saja?”
Saya pikir, teguran beliau ada benarnya juga. Passion saya ada di fashion, tapi kenapa saya harus menunggu ijazah yang belum tentu bisa menjamin karir saya? Untungnya, orang tua saya sangat mendukung. Bagi mereka, yang penting saya yakin dengan jalan saya dan tahu yang terbaik buat saya.
Awalnya saya sempat mendaftar di Esmod, waktu itu umur saya sekitar 16 tahun. Tapi salah satu syaratnya harus bisa menjahit, sedangkan waktu itu saya belum bisa.
Karena ada tenggat waktu 2 bulan, saya diminta untuk kursus jahit. Tapi saya malah keasyikan kursus dan meninggalkan rencana sekolah di Esmod.
Saya orang yang iseng dan senang tantangan, jadi saya loncat dari satu tempat kursus ke tempat kursus lain, seperti Bunka School of Fashion dan Phalie Studio.
Siapa perancang busana yang menjadi inspirasi Rio?
Saya tidak merasa karya saya terinspirasi dari desainer lain, saya cuma terinspirasi dari karakternya. Kadang kalau saya lihat sesuatu, saya pikir kayaknya bagus kalau jadi baju. Misalnya baju yang ini (Rio menunjuk ke gaun berwarna keemasan di samping kami), yang terinspirasi dari anting-anting. Akhirnya saya susun beberapa anting dengan bentuk sama, ternyata hasilnya bagus.
Saya senang Valentino. Garis rancang saya ada sentuhan klasik, siluetnya tidak neko-neko. Simpel saja, yang penting bentuk badan wanitanya terlihat, pinggangnya kecil. Kadang saya cukup konservatif juga, membuat baju dengan leher serba tertutup. Mungkin bedanya ada di detail dan bahan pembuatannya.
Nama baru di dunia fashion Indonesia dan langsung membuat gebrakan. Bagaimana respon publik dengan pencapaian ini?
Awalnya saya sendiri tidak menyangka akan seperti ini karena belum setahun. Pertama kali saya tampil Juli lalu dalam peragaan busana Rejuvenate, lalu Dewi Fashion Knights, dan yang terakhir di acara launching majalah Clara, beberapa bulan lalu.
Rasanya kaget, tapi banyak juga yang bilang, tidak heran kalau saya bisa seperti sekarang karena saya serius mengerjakannya. Mereka bilang, saya layak mendapatkannya.
Berapa lama proses pengerjaan satu busana biasanya berlangsung?
Pengerjaan pakaian paling cepat sebulan, untuk yang paling lama setahun. Pakaian yang memakan waktu setahun ini pakaian pengantin untuk klien saya.
Waktu setahun itu termasuk dari pertama kali bertemu dan pengenalan karakternya. Saya juga harus memahami karakter klien saya, supaya saya paham bagaimana selera mereka.
Kalau dulu saya cuma dibantu 3 orang karyawan, sekarang saya punya 30 anggota tim yang siap membantu saya. Semua pengerjaannya berlangsung di sini. 
Source: "Wawancara Tex Saverio: Mengejar Mimpi, Ikuti Kata Hati" on TabloidBintang.com






Me and Wayan, listened to Tex's story really carefully

With Joe Saverio, Tex's brother and manager

1 comment:

  1. nice post!
    eh si tex cantik bgt ya aslinya? ga ngerasa minder re? *ups*

    ReplyDelete