Pages

Tuesday, May 25, 2010

Renungan Toilet

Dulu gw pernah jadi seorang blogger yg produktif. Produktif sekali. Tiap kali ada postingan baru, temen-temen sekelas gw langsung baca. Saat itu, gw jadi komentator untuk semua hal. Film, buku, sampai tumpukan tisu bekas ingus yang suatu hari tiba-tiba gw temuin di belakang TV di kamar gw.

Kemudian, seorang lelaki menghancurkan semangat gw untuk menulis.

Sekarang, walaupun gw udah gak pernah ada kontak lagi sama si lelaki itu, tapi semangat menulis gw belum juga balik. Gw cuma nulis kalo ada tugas dari dosen.

Anyway, si lelaki itu adalah pembaca setia blog gw. Sebut saja namanya Melati (toh gak bakal gw certain juga disini).

--------------

Dulu gw bisa nulis dengan berbagai cara.

Metode konvensional: duduk berjam-jam di depan komputer sambil nulis dan dengerin musik.

Metode semi-nonkonvensional: duduk berjam-jam di depan komputer, sambil nulis, sambil nonton film di TV, tiap ada iklan gw nulis (tentu saja, yg gw tulis adalah review dari film yang gw tonton. Salah satu korbannya: War of The World).

Metode sangat-nonkonvensional: bawa notes ke toilet.

Sumpah demi menang arisan rame-rame, toilet adalah tempat paling inspiratif di seluruh dunia.

Gak tau kenapa, sejak kehilangan kemampuan blogging, gw jadi gak bisa nulis. I mean, nulis yg kayak gini, yg curhat-curhat gak jelas gini. Nulis berita atau artikel sih, masih aman. Di depan laptop, gw cuma lancar main game. Di depan komputer, gw cuma bisa bengong. Di depan cowok ganteng, gw cuma bisa salto (loh?). Tapi di toilet, semua ide berhamburan keluar.

Gw pernah waktu lagi mandi tiba-tiba muncul ide cerita buat film mulai dari opening sampe jagoannya mati. Termasuk soundtrack dan adegan-adegannya. Bayangkan bagaimana sebuah film yang nantinya akan disaksikan selama kurang lebih 2 jam, hanya diciptakan dengan cara gosok-gosok sabun ke badan selama 10 menit saja! Kalo gw mandinya lebih lama, mungkin bakal muncul ide buat bikin negara sendiri.

Mungkin ini sebabnya kenapa kaum urban dan orang-orang kaya mendandani toiletnya secantik mungkin. Ada yang pake TV plasma, ada yang pake jendela gede menghadap ke pegunungan atau hutan, ada juga yang di ruang terbuka. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa rileks setelah melalui hari yang panjang dan melelahkan. Bisa juga justru untuk menambah semangat dan menambah masukan ide kayak yg gw lakuin. Jadi sebenarnya apa yang membuat sebuah ruangan kecil dan (sebenarnya) kotor menjadi sebuah ruangan yang menenangkan? Bukan, bukan karena Anda akan merasa lega setelah “nyetor”.

Menurut gw, alasannya adalah karena hampir setiap kali kita ke toilet, kita sendirian. Walaupun Anda diantar seorang kawan untuk pup di sebuah toilet kecil di tengah hutan, pasti teman Anda tidak akan sudi menemani Anda di dalam toilet. Mau tidak mau, Anda harus sendirian di toilet. Ini bukan persoalan solidaritas, kawan. Memang sudah esensinya kalo mau boker gak usah ngajak-ngajak.

Ya, toilet merupakan tempat paling privat dan personal. Bukan kamar tidur, karena masih mungkin Anda ditemani orang di kamar tidur. Anda bisa berbagi kamar dengan adik, kakak, teman kostan, suami, istri, partner kumpul kebo, atau teman yang terpaksa menginap karena kehujanan. Tapi berbagi toilet di waktu yang bersamaan, mungkin jarang terjadi. Di toilet inilah seorang manusia belajar mandiri. Seorang penakut yang ditowel Mbak Kun aja kabur (yaeyalah, geblek), mau tidak mau harus sendirian. Justru di saat sendirian inilah seorang manusia dapat memanfaatkan hak asasinya yang paling esensial, berpikir. Di toilet, Anda dapat memikirkan segala macam hal, mulai dari berapa hari lagi odol Anda akan habis, atau kapan Inul jadi Perdana Menteri Inggris.

Sedikit bocoran, kenapa akhir-akhir ini gw sering telat ngumpulin tugas, salah satunya ialah karena gw lagi susah BAB. Makanya jarang ke toilet. Mudah-mudahan ada dosen yang baca curhatan gw ini.

Jadi, silakan dandani toilet Anda dan buatlah ruangan kecil di pojokan rumah itu sebagai tempat yang inspiratif dan kontemplatif. Biarkan pikiran anda mengalir seperti aliran air keran dan melayang seperti busa sabun yang ringan. Kalo perlu, buatlah toilet portable. Terima kasih.



P.S: Oh, nggak. Gw nulis ini di atas tempat tidur kok.

No comments:

Post a Comment