Pages

Thursday, October 7, 2010

If Only Superman Realized This...

Sekali dalam seumur hidup, mungkin kalian pernah dihadapkan pada pertanyaan: jika kalian menjadi seorang superhero, kekuatan apakah yang ingin kalian miliki? Siapa nama "jagoan" kalian?

Sebagian mungkin menjawab Superman, Batman, atau salah satu dari Powerpuff Girls (heck yeah, it sounds silly, but those girls ARE superheroes). Sebagian lagi mungkin mencoba menjawab sedikit diplomatis namun out of context dengan menjawab R.A Kartini atau Pangeran Diponegoro. Ya, mereka memang pahlawan, tapi bukan super-pahlawan karena R.A Kartini tak punya tongkat ajaib dan Pangeran Diponegoro tidak terbang dengan jubahnya.

Lalu superhero macam apa yang gw inginkan?

Awalnya gw ingin jadi Hiro Nakamura, si Jepang culun dengan kekuatan manipulasi waktu di serial Heroes. Gw bisa mempercepat waktu pas gw lagi UAS, gw bisa menghentikan waktu waktu gw lagi sama the loved ones, dan gw bisa lompat ke 25 tahun dari sekarang untuk melihat secantik apa anak gw nanti.

Tapi bukankah life is a box of chocolate? U'll never know what u gonna get, and there's always surprise in every wraps. Ya, hidup itu kejutan dan gw menikmati waktu-waktu menunggu kejutan tuhan saat gw bangun tidur.

Kalau gitu, gw mau jadi Power Ranger aja. Selain jadi superhero terdisiplin menurut versi Raditya Dika karena Power Ranger kemana-mana pakai helm, Power Ranger juga terlatih dalam hal team work. Power Ranger itu rame-rame. Kalau sendirian namanya Lone Ranger. Menjadi superhero ialah menjadi pribadi sosial. Kita nggak akan bisa menolong orang lain kalau kita nggak punya jiwa sosial. Apalagi menolong rame-rame kan lebih seru.

Bo'ong ding. Alasan di atas cuma ngegombal aja.

Alasan sebenarnya gw pilih Power Ranger ialah karena Power Ranger itu berlima. Kalau sepi orderan membasmi kejahatan, bisa nyambi jadi anak band. Kalau perlu, jadi girlband. Tinggal pakein baju kelinci ala majalah Playboy, pegang standing mic yg sexy, pake make up ala Korea, terus nyanyi:

"Nobody nobody but you...
I want nobody nobody but you..."


Selain itu, Power Ranger dinas 24 jam. Mau bukti? Pernah lihat Power Ranger ngetok rumah Pak RT sambil sarungan terus numpang tidur di teras rumahnya? Nggak kan?

Yang jelas, gw pengen jadi superhero yang selalu siaga melindungi masyarakat dan mengatasi masalah tanpa masalah (yang ini Power Rangernya mantan pegawai pegadaian). Bukan superhero yang menghukum kejahatan dengan kekuatan bulan. Karena kalau siang-siang, kekuatan bulannya nggak bisa dipake.

Tapi mari kita pikirkan sekali lagi. Apa kita mau jadi superhero? memiliki kekuatan yang tak dimiliki manusia normal akan menghasilkan dua kemungkinan: dianggap super atau dianggap abnormal.
Coba kita tengok Edward Scissorhand. Dengan tangan guntingnya, dia bisa menghias tanaman tetangga-tetangga, bahkan memotong rambut dengan aneka model. Tapi tak sedikit juga yang menganggapnya freak.

Lalu apa tujuan kita menjadi superhero?
Apakah menjadi manusia biasa sudah sedemikian tidak berharganya?

Jostein Gaarder pernah berkata, adanya dunia merupakan suatu probabilitas yang tidak mungkin. Akan lebih mungkin jika tidak ada dunia dan isinya, agar tak ada yang mempertanyakan mengapa semua tidak ada.

Dengan rendah hati, mari pereteli semua atribut superhero yang kita miliki. Helm lima warna, tongkat kekuatan bulan, atau sayap yang membuat kita tidak mengkerut dan tembus ke samping. Terkadang menjadi biasa dan "tidak ada" membuat hidup lebih luar biasa. Tanpa sorotan dan tanpa standing applause yang kemudian berganti menjadi timpukan botol air mineral saat kekuatan telah hilang.

Life is a surprise. Tanpa kekuatan, kita sudah terkejut.
Hidup itu luar biasa. Tapi saat kita tahu episode selanjutnya dengan kekuatan teleportase, hidup akan seperti ujian dengan selembar kertas contekan di paha.

Tuhan punya rahasia. Jangan cari passwordnya ;)

No comments:

Post a Comment